Salah Bawa

Riau – Malam itu gua, Fitra, Yuda dan Wahyu berencana untuk melakukan eksplorasi malam di sekitar area Caltex, seperti area perumahan bagian belakang, taman pinus hingga MTS Mutiara yang konon katanya sering ada suara teriakan wanita disana.

Singkat cerita, selepas Isya Fitra datang kerumah gua dan kita pun langsung berangkat kerumah Yuda, kita berdua jalan kaki karena ngga jauh juga. Sampai disana ternyata Yuda belum mandi ataupun bersiap siap, alhasil kita nungguin dia.

Sembari nunggu Yuda, gua dan Fitra ngobrol berdua, kita bercerita dari hal biasa hingga supranatural. Hingga tercetus sebuah pemikiran jenius oleh Fitra:

“Yan, ambil rambutan yuk?”. Tanya Fitra.

Saat itu gua berpikir dulu dan ga langsung menjawab. Gua pribadi sih mau mau aja, tapi lantaran gua tau cerita cerita horror di kebon rambutan itu, gua jadi agak ragu.

Ketika musim rambutan, kebon rambutan milik bu Parmi ini selalu rindang dengan buahnya karena ga banyak orang yang berani ngambil. Kebanyakan dari mereka sering ketemu sama penghuni usil yang memang bersemayam disana, seperti kuntilanak lagi nangkring diatas pohon, pocong gelantungan dan sejenisnya lah.

Bahkan ada juga yang pernah melihat ular berukuran sangat besar sedang melingkari salah satu pohon rambutan dikebun bu Parmi, “Kaya Anaconda”. Ujarnya.

Tapi lantaran terlalu menggoda, akhirnya gua setuju setuju aja dan manjatlah kita berdua.

Awalnya gua manjat sendiri dan Fitra siap menangkap dari bawah, tetapi karena gua terlalu rakus, gua malah asik makan sendiri diatas pohon.

“Woi, kau lempar lah kebawah”. Alhasil Fitra ikutan manjat juga.

Kita berdua asik makan rambutan sembari bercengkrama diatas pohon seperti dua ekor kera, hingga akhirnya Yuda selesai dan gua tidak menyadarinya.

“Disini kalian rupanya, pantas didepan ga ada”. Yuda datang menghampiri.

“Kau lemparkan lah dulu itu satu”. Sambungnya.

Tak berselang lama, tiba tiba…

“PLUK!”. Sebuah rambutan dilemparkan dari belakang ke kepala gua.

Sontak gua reflek untuk membalikan badan ke arah Fitra, namun ketika gua sedang memalingkan badan, pandangan gua terhenti…

Gua ke stun.

Mata gua berhenti ke sekumpulan pohon pisang yang hanya berjarak 5 meteran dari pohon gua berada.

Disana, diantara pepohonan pisang tersebut, gua melihat sebuah siluet berwarna putih yang sudah tidak asing lagi bagi gua…

“POCONG BABI!”. Teriak Yuda dari bawah.

“BRUGH!”. Suara orang loncat turun dari pohon.

Mendengar mereka melarikan diri secara instan gua langsung loncat kebawah dan berniat untuk melarikan diri juga. Tetapi niat itu langsung terhenti ketika gua melihat Fitra sedang terkapar telentang diatas tanah.

“OI Fit, bangun ayok lari!”. Ujar gua panik sambil menarik narik Fitra.

Namun Fitra terlihat tidak dapat bangun saat itu, sementara gua semakin panik ketika menyadari pocong tadi telah berpindah mendekati kita!

Menyadari situasi semakin genting, gua langsung mengangkat dan membopong Fitra agar bisa melarikan diri.

“Buset berat juga ini orang”. Gumam gua dalam hati ketika mencoba mengangkatnya.

Gua berlari seakan akan penuh beban dengan keadaan Fitra yang seperti itu, dia tidak bisa menggerakan kakinya sehingga hanya terseret diatas rerumputan.

Dan ditengah pelarian kita, tanpa ada aba aba sebuah wajah melintas persis disamping gua, dimana perhatian gua tertarik untuk melihat kesamping.

Sebuah wajah pucat dibalut kain kafan menyusul kita yang sedang berlari terlihat jelas didepan mata gua!

“ANJING!”. Teriak gua kencang dan reflek melepaskan Fitra.

Saat itu gua langsung melupakan Fitra dan berlari sekencang kencangnya menuju rumah tanpa melihat kebelakang sama sekali, gua ketakutan setengah mati.

Ketika gua sampai di teras depan rumah dengan nafas terpenggal penggal, Yuda menghampiri gua dan berkata “Lu ngga apa apa?”.

“Goblok anjing, Fitra ketinggalan tuh!”. Bales gua.

“Ini Fitra”. Bales Yuda dan gua pun mengangkat kepala.

Dan ya, Fitra terlihat berdiri dibelakang Yuda dengan raut wajah kecapean dan gua sangat yakin kalau yang benar benar berdiri dibelakang Yuda itu adalah Fitra…

“TERUS TADI YANG GUA BAWA SIAPA?!”. Tanya gua paranoid.

“Lah mana gua tau, orang tadi kita langsung lari”. Sambung Yuda.

Liat satu sama lain, ga pake banyak bicara kita bertiga langsung kompak kabur bersama kearah rumah kakek gua dan mengungsi disana.

Leave a comment