The Beast and The Harlot – Anthology #3

Tak terasa hari beranjak semakin malam dan stok makanan mulai menipis, sehingga tersirat sebuah pemikiran oleh Au untuk mengambil rambutan di kebun bu Parmi.

“Ambil rambutan yuk”. Ajak Au.

“Yuk”. Amon terlihat semangat.

“Ogah lu aja tengah malem begini”. Komplain Naldy.

“Yaudah, awas aja kalau lu minta”. Au merayu dan bergerak dari tempat duduknya.

Sementara disitu gua, Fitra dan Yuda hanya diam melihat satu sama lain mengingat apa yang terjadi terakhir kali kita maling rambutan disana.

“Kalian tak ikut?”. Tanya Amon.

“Ngga”. Jawab kita bertiga kompak.

Amon dan Au pun langsung memanjat pohon rambutan yang sama di cerita sebelumnya, mereka secara gragas memetik buah rambutan itu dan menikmati sendiri sendiri.

“Woi kau bagilah tu”. Teriak Naldy.

“Ya sini lah kau panjat sendiri”. Balas Amon.

Dan dengan lugunya Naldy menghampiri mereka dan memanjat pohon rambutan itu, padahal sebelumnya Naldy ga mau. Sementara gua, Fitra dan Yuda hanya duduk manis di bangku depan rumah Yuda.

INI ADALAH JALAN NINJA KAMI !~

Berselang beberapa waktu kemudian, ketika mereka sibuk makan rambutan diatas pohon dan kita bertiga cuma liatin mereka dan berkata kata. Naldy memanggil gua dan berkata “Woi tok kau mau tak rambutan? kau tadah lah ni”.

Menyadari kalau gua ga harus manjat ya gua mau mau aja.

Singkat cerita gua dan Fitra jadi ikutan nadah dibawah, kita berdua seakan akan cuek dengan apa yang pernah terjadi sebelumnya. Sementara Yuda lagi buang air kecil dirumahnya.

Dan ditengah kesibukan itu, Fitra berbisik kepada gua “Perasaan gua ga enak”.

Yang tadinya gua lupa, mendadak gua ingat. Gua mulai merasa ga enak dan cemas.

.

Di beberapa kejadian yang udah udah, kata kata ‘Perasaan gua ga enak’ dari mulut Fitra itu ga pernah berujung bahagia.

.

“WOOOOOOOOEEEEE!”. Teriak Au dari atas pohon.

Gua dan Fitra reflek melihat kearah Au.

Gua melihat Au melompat dari dahan dimana disampingnya terlihat seorang wanita sedang duduk membelakangi kita diatas dahan dimana Au berada!

Wanita itu sedang menyisir rambutnya yang menjuntai panjang kebawah dengan tangannya, wanita itu bergumam halus ketika menyisir rambutnya.

“BRAAK!”.

Au mendarat ke tanah, disusul Naldy yang tau tau udah barrel roll di depan gua, dimana disampingnya ada Amon yang mendarat dan langsung berlari.

“Yan!”. Fitra menarik gua.

“YUDHA! YUD!”. Gua dan Fitra berteriak memanggil Yudha.

Melihat respon Yudha yang lama dan benda itu masih ada disana, kita pun ikut berlari menyusul yang lain. Meninggalkan Yuda yang masih berada di dalam rumahnya.

Au berlari ala Naruto Run dengan sedikit menunduk dan kedua tangannya yang kebelakang, dia berlari sangat gesit sambil membawa seikat ranting rambutan masih kuat di gengamnya.

Sementara, abangnya Amon sudah berada jauh didepan berlari dengan sangat cepat, tanpa melihat kebelakang atau mempedulikan temannya layaknya keturunan Uchiha.

Sementara Naldy berlari seperti atlit freerunner. Dikit dikit dia vaulting, ntah itu pager rumah, entah itu taneman, bahkan sampe selokan air…

“WTF am I watching?”. Gerutu gua dalam hati.

Here you got the idea.

Ya meskipun sedikit menggerutu liat kelakuan mereka, gua sempet ikutan sih… XD

Kita semua terus berlari tanpa henti hingga sampai dirumah kakek gua, kita ngos ngosan dan berebut untuk menceritakan apa yang barusan terjadi dengan versinya sendiri sendiri, hingga akhirnya Yuda terlihat berlari dari kejauhan dan menghampiri kita.

Dia kesal karena ditinggalin…

“Lu lupa dulu lu ninggalin gua?”. Ucap gua polos.

“Haha!…”. Gerutu Yudha.

“BTW kok orang orang keras ini lari juga?”. Cemooh Yudha.

“PALING CEPET”. Balas gua.

*fun fact:

  • Gua, Naldy dan beberapa anak lainnya emang seneng dengan extreme sports begitu, ditambah lagi dulu emang pas lagi jamannya.
  • We actually can do it. Skateboarding, breakdancing, freerunning, bike downhill, you name it. Sekarang? Perut gua aja segede celengan Doraemon, jangankan simple vaulting, JONGKOK AJA GUA SUSAH! XD

.

YOU CAN’T SEE ME! – TULUS Ft. JOHN CENA~

Waktu berlalu… kebun tersebut mulai menarik atensi para warga, mulai banyak cerita dan larangan untuk melintas ditempat tersebut.

Namun…

Seperti anak anak goblok kebanyakan, hal tersebut tidak begitu menghalangi kami untuk tetap bermain. Meski takut untuk lewat kesana, tapi ya dikebanyakan waktu kita tetep aja lewat sana, lari lari ga jelas, ngumpet disana dan masih ada yang berani nyolong rambutan… Typical dumb kids.

Hingga suatu kejadian yang sangat mengagumkan terjadi di hidup teman gua.

Singkat cerita, kita lagi ditengah permainan ‘sembar lakon’. Gua, Wendi, Tulus dan beberapa figuran lainnya yang gua ga inget berada dalam satu team dan muter muter ga jelas berusaha menjauhi polisi.

Ditengah perjalan beberapa polisi menemukan kita dan kita berusaha lari dari mereka, tanpa pikir banyak kita lari satu arah mengikuti yang paling depan. Yaitu Tulus.

Gua ga paham kenapa anak yang paling gendut nomor dua di team kita bisa paling depan, sekitar 5 meter or something lah. (pertama itu Wendi, yaitu saudaranya sendiri XD).

Dia berlari melewati rumah mas Deni dan menuju kebun Bu Parmi…

Gua sempet agak males ketika sadar tujuan dia kemana, cuma karena lebih males lagi kalo ketangkep, yaudah gua ikutin aja.

Memasuki area kebun rambutan, gua dan Wendi sadar kalau kita udah ga dikejar lagi, para polisi yang mengejar kita terdengar mengeluh dari kejauhan karena kita masuk ke area yang menurut mereka ga sah. Padahal merekanya yang takut XD

“Hoejawdkajwklgalwghkaw”. Random sore looser noises in the background.

Tetapi Tulus tetap berlari memasuki perkebunan dan kita tetap mengikutinya sembari memanggilnya untuk berhenti.

“Woi Tulus kita udah ga dikejar woi!”. Ujar Saudaranya tercinta.

Namun Tulus tetap berlari hingga akhirnya…

“UGH!”.

“BRUAAAGH!”.

Tulus tiba tiba backflip dan terhempas di tanah.

Tulus tersungkur ditanah mengerang kesakitan, dia tersedak dan tidak bisa berkata kata. Tubuhnya tidak bergerak banyak.

Wendi berteriak memanggil yang lain untuk membantu, namun mereka memilih untuk tidak menjadi korban berikutnya dan lari. Gua disitu ga berani untuk asal angkat karena takut ada tulangnya yang patah atau dislokasi.

Disitu, istrinya Mbah Eko muncul dan menyuruh kita untuk membawa Tulus kerumah. Gua dan Wendi membawa Tulus dengan hati hati.

Kita membaringkan Tulus diatas karpet dan si Mbah meminta cucunya untuk mengambil air putih, si mbah kemudian mulai bertanya apa yang terjadi, dan kita menjelaskan seadanya berdasarkan apa yang kita lihat.

Berselang kemudian, setelah air putih datang, si Mbah mulai mengusap usap Tulus dengan air putih tersebut dan meminumkannya.

Ngga berselang lama, Tulus mulai tersedak (ya karena minum sambil rada tiduran XD) dan mulai terdengar suaranya, dia batuk batuk dan meringkih kesakitan. Tanpa memberikan waktu untuk mengambil napas, kita mulai mewawancari dia…

“KAU KENAPA?”

“….”

“WOE KENAPA KAU?!”

(setelah beberapa roaming dan mengeluh ga jelas kemudian, Tulus pun bercerita)

Dia mengatakan bahwa dia telah menabrak dahan pohon ketika berlari, dia tidak melihat dahan pohon tersebut karena jalanan sangat gelap. Dahan itu tepat mengenai lehernya dan membuatnya terpelanting.

Disitu sempat terjadi selisih paham antara Tulus against eveybody, karena apa yang dikatakan Tulus itu sedikit halu dikuping kita.

Kita semua ingat dan sadar bahwa tidak ada dahan pohon yang mengenai Tulus. Heck, bahkan kita ga melihat kalau dia itu nabrak pohon. Ya karena dimata kita dia itu tau tau salto gitu aja.

Karena perdebatan satu sama lain, akhirnya kita mutusin buat melihat tempat itu secara langsung, bersama istrinya Mbah Eko… dan cucu cucunya.

Sesampainya disana…

“Nah mana pohon yang kau bilang itu?”. Ujar Wendi.

Disitu Tulus terlihat bingung, dia mendadak linglung ketika melihat tempat dimana dia terpelanting. 

Karena ditempat dia terpelanting tidak ada dahan pohon setinggi leher yang diceritakan Tulus. Bahkan tidak ada pohon sama sekali yang berada di jalur tempat kita berlari!

Satu satunya pohon yang sejajar lurus dengan jalur kita berlari itu masih berada beberapa meter di depan, dan melewati tempat dimana Tulus salto. Kan ga mungkin tiba tiba pohon itu teleport kebelakang pas Tulus lari?

Dan yang membuat Tulus bingung lagi soal pencahayaan ditempat tersebut, sebelumnya dia sangat yakin bahwa tempat itu gelap sama sekali. Namun apa yang dia lihat sekarang sangat berbeda, ya meskipun itu sebuah kebon tapi tempat itu visible dan bisa dikatakan terang kok.

Cahaya bulan masuk kesana, terusan cahaya dari rumah sekitar juga tembus. Ga ada alasan untuk tempat itu gelap total.

“Makanya jangan main malem malem, nanti diisengin Jin”. Ujar istri Mbah Eko.

Gamau jadi korban smackdown lagi, alhasil kita lari ketempat lain… Dan tetep lanjut main.

BTW si Tulus backflip kaya gini XD

Bet it hurts XD

Tulus bukan korban terakhir dari tempat itu, masih banyak kesaksian yang bermunculan setelah kejadian yang dialami Tulus, mulai dari rasa rasaan ga enak, digangguin, hingga diliatin etc.

Secara instan, tempat itu ampuh untuk meraih atensi. Ada yang cerita apa adanya bahkan cuma bikin sensasi biar dibilang keren aja… Ya gitu dah XD

Tapi diluar konteks pansos, orang yang benar benar mengalaminya punya pandangan berbeda dengan tempat itu… kita merasakan bahaya.

Ya gimana ngga, diluar lingkup orang orang goblok seperti gua dan kawan kawan, tempat itu juga sering menelan korban yang bener bener ga tau apa apa dan ga ngapa ngapain sama sekali.

We think we need to act… to be continue

 

Leave a comment