The Beast and The Harlot – Anthology #1

Riau – Disuatu malam minggu, sekumpulan pemuda yang tidak begitu berguna sedang berkumpul bersama. Gua, Fitra, Yuda, Amon, Naldy dan Au berkumpul di teras rumah Yuda.

Kita bercengkrama, menyanyikan sepatah dua patah lagu dengan gitar akustik sembari ditemani kopi dan cemilan malam. Hingga akhirnya perbincangan secara tak sengaja menyenggol seputar dunia gaib, yang kemudian Yuda sambung dengan menceritakan kejadian yang dulu pernah kita alamin sebelumnya.

Perbincangan mulai semakin intens ketika Naldy mulai menceritakan kejadian horror yang pernah terjadi di kebun rambutan milik bu Parmi yang hanya berjarak tak lebih dari 10 meter dari rumah Yuda.

“Si Joko kan katanya pernah diliatin di kebon ini”. Naldy mulai bercerita.

JOKO SANG PENGABDI ALKOHOL

Joko adalah seorang pengangguran lokal yang hobinya mabok disetiap kesempatan, meski dia sering pasang akting kalo dia itu ga minum, tapi tetep aja orang tau, gua aja tau. Gimana ngga? itu mulut bau banget Pertalite.

Singkat cerita, Joko pulang kerumah setelah kobam bersama teman sepenganggurannya, Joko pulang melewati kebun rambutan bu Parmi pada malam itu agar tidak ketahuan orang lain.

Dan ketika tiba dipenghujung jalan, langkah sempoyongan Joko mulai melambat. Joko mencoba memfokuskan pandangannya yang buram ke satu pohon, saat itu Joko bingung dengan apa yang dia lihat di pohon itu.

Joko melihat sesuatu dengan kilatan cahaya bergerak melingkari pohon rambutan itu.

Joko tau bahwa itu bukan mahkluk gaib, sehingga membuatnya penasaran dan mendekati benda yang bergerak melingkari pohon itu.

Joko berdiri didepan pohon itu dan mengamati benda apa yang melingkari pohon itu, tak yakin dengan apa yang dia lihat, Joko menyentuh benda itu…

“CSSSSS!”. Suara desis terdengar jelas ditelinga Joko.

“ASU. ANAKONDA!”. Teriak Joko panik.

Joko pun langsung berlari kearah rumah mbah Eko yang saat itu berada disampingnya, dia berlari sambil memanggil manggil mbah Eko.

Singkat cerita, setelah terjadi dialog yang bertele tele karena mbah Eko tau kalau si Joko lagi mabok, akhirnya mbah Eko memutuskan untuk menuruti perkataan Joko dan mengecek “apa bener disitu ada ular?”.

Mbah Eko dan Joko berjalan mendekati pohon yang dimaksud, namun belum sampai mereka disana, langkah mbah Eko berhenti. Mbah Eko terkejut bahwa ternyata Joko tidak membual.

Mbah Eko melihat seekor ular besar sedang melingkari pohon rambutan dan ular itu bergerak, ekornya masih berada di bawah sementara kepalanya sudah berada diatas dan tidak kelihatan pastinya dimana.

Takut cucunya jadi cemilan Anaconda, mbah Eko berlari ke rumahnya untuk mengambil parang dan memerintahkan Joko untuk tetap disana. “Kamu tunggu disini!”. Perintahnya ke Joko.

Ga mau jadi makan malam Anaconda, Joko lari mengikuti mbah Eko.

Singkat cerita, mbah Eko kesel kenapa Joko malah ikut menyusulnya. Tapi lantaran ga mau kecolongan, mbah Eko bergegas kembali ke tempat dimana ular tadi berada.

Dan ternyata ular sebesar pohon tadi udah ga ada.

GA ADA.

Mbah Eko nyari kesana kemari mengira bahwa ular itu telah pergi kemana, dari satu pohon ke pohon lain, setiap sudut kebon rambuntan hingga ke selokan didepan kebon itu dan hasilnya nihil. Ga ada ular sama sekali.

Mbah Eko bingung bagaimana ular sebesar itu bisa menghilang begitu cepat entah kemana, disitu dia marah sama Joko kenapa dia ga tetap disana “kamu sih, bukannya jagain disini malah ikutan kabur”.

“Yo aku ga mau lah jadi makan malem anaconda”. Joko membela diri.

“Ya daripada cucu ku jadi cemilan anaconda”. Balas mbah Eko.

(setelah beberapa dialog pertikaian ga penting)

“Ngomong ngomong mbah yakin kalo itu beneran ular?”. Tanya Joko.

“Maksudnya?”. Mbah Eko bingung.

“Ya kok uler segede itu bisa ada disini dan ga ada yang tau, ga pernah ada yang cerita gitu. Aneh sih mbah”. Jelas Joko.

Lagian juga disini kan katanya angker. Ya mbah lebih paham lah, mbah kan tinggal disini”. Sambung Joko.

Disitu mbah Eko terdiam dan menyadari bahwa apa yang dikatakan Joko itu ada benarnya.

“Yowis, muleh yo”. Mbah Eko mengakhiri perbincangan.

.

Apa yang diceritakan Naldy cukup mengundang gelak tawa untuk Amon dan Au, mereka tidak percaya oleh cerita Joko.

“Joko tukang mabok kau percaya!”. Amon cengegesan.

“Kalo si Joko mah emang goblok, nah kalo mbah Eko? Mana mungkin dia bohong”. Pembelaan Naldy.

“Emang itu mbah Eko yang cerita?”. Amon bertanya meremehkan.

“…”. Naldy terdiam.

Namun gua, Yuda dan Fitra ikut menambahkan bahwa apa yang dialami oleh Joko juga dialami oleh warga warga lain, bedanya mereka lebih waras aja daripada si Joko.

“Katanya itu uler jadi jadian”. Bales Yuda.

“Wogh.. serius tuh”. Amon mencemooh.

“Ya kata orang begitu, soalnya setiap keliatan ga lama ilang gitu aja”. Bales Fitra.

“LOL. Lawak lawak kali lah orang Suriname ini”. Amon dan Au tertawa cemooh.

“Kau karena belum ketemu aja ketawa ketawa, kalo liat paling lari… Apalagi kalo ketemu yang suka duduk diatas tuh”. Gua membalas.

“Nah! Mas Deni pernah cerita tuh, cewek kan?”. Sambung Yuda.

Yuda mulai menceritakan pengalaman Mas Deni beserta istrinya yang bertemu dengan penghuni lain yang ada di kebon rambutan itu, tentang wanita yang rajin ngeksis dikebon setempat… to be continue

Leave a comment