Ekspedisi Teletubbies #2

Riau – Beberapa hari setelah ekspedisi Teletubbies tersebut, ditambah dengan mendengarkan cerita Fitra dan Idam, gua menjadi semakin paranoid. Gua selalu merasa dan terbayang bayang ada yang mengawasi atau mengikuti gua.

Yang katanya “bisa melawan rasa takut gua” dengan memasuki tempat horor seperti itu, ternyata malah bikin gua jadi semakin ga nyaman setiap saat. Gua selalu merasa kalau ‘dia’ yang ada disana marah sama gua dan datang mengikuti gua.

Dan hal itu menghantui gua selama berhari hari…

Gua ga berani ke dapur belakang.

Pipis dikamar mandi bawaannya selalu terburu buru.

Gua bahkan lari ketika lewatin tempat gelap dikit dan ga ada orang.

Sering celingak celinguk karena merasa diawasi.

Parahnya, gua bahkan sampe ga bisa tidur karena terlalu paranoidnya…

Dan hal ini terus berlanjut hingga kedepannya. Jauh… jauh kedepannya.

SEBUAH PEMIKIRAN

Gua yang udah penakut jadi makin penakut, terimakasih berkat ekspedisi malam waktu itu dan acara horor TV lokal. Gua bahkan sampai ga bisa bedain mana yang cuman perasaan atau yang beneran, yang jelas gua kabur.

Namun, sama seperti rasa sabar, muncul momen dimana gua merasa “UDAH CUKUP!”.

Gua capek lari terus, gua begah ketakutan mulu, gua ga mau kaya gini terus.

Dan tersirat sebuah pemikiran bodoh…

“Gua harus lawan rasa takut gua, gua ga mau kaya gini terus, gua harus berani sama gelap, gua harus berani sama mereka”. Gua berniat untuk mencobanya lagi.

fyi: dulu waktu kelas 2 SD gua pernah nyoba lawan rasa takut gua sama gelap, mau coba dirumah sendirian atau bahkan jalan ditempat gelap sekalipun, gua tetap takut dan kabur. 

Singkat cerita, gua merencanakan ekspedisi gua sendiri dan memutuskan untuk kembali ke toilet SD gua sepulang sekolah dengan bermodalkan lampu flash hp gua.

fyi: waktu SMP gua masuk siang, jadi pulang sekolah itu ya sore menjelang Maghrib.

THE ULTIMATE SHOWDOWN

“TING NONG NING NONG”. Bel pulang sekolah berbunyi dan gua bersiap siap.

Gua nongkrong dulu bareng temen temen sembari menunggu Maghrib. Gua deg degan menjelang momen itu tiba dan sempat berpikir untuk ga jadi, tapi gua meyakinkan diri untuk tetap berangkat.

Gua berangkat ketika mendengar adzan berkumandang, beberapa warung di depan SD terlihat masih buka dan ada juga yang mulai berbenah. Gua merasa sedikit mendingan ketika melihat masih ada orang.

Gua masuk lewat pager depan SD, saat itu pager masih dibuka. Karena selain musim libur, pager baru ditutup pas malem. Jadi gua ga perlu khawatir dikunciin.

Sesampainya di depan area toilet sekolah, gua berhenti sejenak untuk persiapan terakhir. Setelah baca doa, menguatkan iman dan menyalakan flash hp, gua bergerak menuju toilet murid.

Semakin dekat langkah gua dengan pintu toilet murid, semakin ragu dan berat kaki gua untuk melangkah. Segala jenis paranoia mulai merasuki pikiran gua, gua jadi berhalusinasi dan berandai andai. Saat ini perasaan gua bener bener ga enak.

Gua berdiri di depan pintu toilet dan berpikir “masuk, engga, masuk atau engga?”.

.

.

.

Gua buka pintu toilet dan mendorongnya kedalam sambil menahan napas.

“WOSSSSH!”. Hawa panas menerpa gua.

And damn… meski masih berdiri diluar setelah membuka pintu, aroma aroma kejahatan dari sifat jorok manusia masih kental tercium dihidung gua. Berasa buka penutup septitank.

Tapi gua maklum sih, mengingat toilet murid kaya gimana. Boro boro buat nyiram itu hajat, cebok aja belum tentu bersih gara gara buru buru ketakutan.

Setelah reda dan hidung mulai beradaptasi, gua masuk kedalam toilet murid tersebut.

It’s dark, it’s wet and actually I can see shit XD

Udah lumayan lama dari terakhir gua kesini dan keadaan toilet ini makin parah. Tapi gua ga peduli sama keadaannya, karena bukan itu tujuan gua.

Mengingat cerita Idam, pikiran gua langsung berkata untuk menghampiri toilet stall terlebih dahulu. Karena disini dia liat Po sedang berdiri…

(ilustrasi denah toilet sekolah. ps: Po berada di depan booth no.2 dari kiri)

Gua buka pintu toilet satu persatu dan berharap ga diterkam sama elang Indosiar dari dalem, gua buka dari yang paling deket dengan gua (paling kanan). Dengkul gua berasa pengen copot ketika gua mendekati dan membuka pintu pertama tersebut, merinding seada adanya…

Singkat cerita, satu persatu pintu toilet gua buka dan ga ada apa apa selain hal yang menjijikan. Namun gua ga berhenti disana, gua lanjut kebagian booth belakang (urinoir).

Sewaktu berjalan kesana gua sempet merasa aware, aware ada sesuatu yang sudah menunggu gua disana. Namun gua bilang ke diri gua “Itu hanya perasaan”.

Dan ternyata benar, itu cuma perasaan, ga ada apa apa disana, gua bahkan berjalan sampai ke booth terakhir paling ujung. Dan diam disana untuk beberapa saat…

Dan untuk pertama kalinya, saat gua berdiri disana dengan dipenuhi aroma dan hal menjijikan disekitar gua… gua merasa lega. Lega karena akhirnya gua berani menghadapi rasa takut gua.

Singkat cerita beberapa saat setelah self brag, gua memutuskan untuk menyudahi ekspedisi gua.

“I did it, I overcome my fears”. Gua berjalan kearah pintu keluar.

.

Ketika menuju pintu keluar, tak sengaja ekor mata gua melihat sekelebat siluet putih bergerak menembus salah satu booth toilet depan…

Gua ke stun. 

.

Gua ke stun cukup lama, ga bisa apa apa selain hanya berani melirikan mata.

Saat itu semua keberanian gua menghilang, gua kembali diterpa rasa takut dan kekhawatiran.

Badan gua merinding seluruhnya, kenceng banget!

Gua menggigil, kaki gua berasa mau roboh… gua berasa mau pingsan. “Tapi gua ga mau pingsan disini”. Ujar gua dalam hati.

“!”. Sontak kesadaran gua mulai kembali.

Ketika badan gua bisa bergerak kembali, secara refleks gua bergerak kearah pintu depan toilet. Namun, gua berhenti. Otak kecil gua mengatakan “Kenapa gua lari?”.

Gua ga ngerti apa yang terjadi dengan gua saat itu, pikiran gua menolak untuk pergi keluar darisana. Dan seperti punya keberanian lvl 99, gua mengikuti pikiran gua dan berjalan kearah booth nomor dua dengan santainya.

funfact: jujur sampe sekarang gua masih ga ngerti, kenapa saat itu gua mendadak ga mau pergi dan berani buat ngecek toiletnya.

Disitu, gua sadar ada yang salah…

Pintunya ketutup.

Gua yakin seharusnya pintu ini ga ketutup, karena sebelumnya udah pada gua bukain. Plus, pintu booth booth lain juga masih pada kebuka.

OK, kena angin atau ketutup sendiri”. Pikir gua.

Gua buka pintu booth dan langsung diterpa dengan hawa yang sangat tidak enak. Meski gua tidak melihat apa apa, namun gua merasa ada yang salah… Gua merasa ada yang hadir saat itu.

Karena merasa tidak nyaman, kali ini gua benar benar berniat untuk pergi dari tempat itu. Gua berjalan cepat ke pintu depan, memegang gagang pintu dan berniat menutupnya.

Sama seperti refleks orang lain, ketika menutup pintu pasti akan membalikan badan dan melihat kearah ganggangnya.

Dan ketika gua membalikan badan, gua terkejut dan loncat seketika…

Karena sesosok mahkluk berdarah darah sedang berdiri diantara sela pintu yang masih terbuka dan melihat kearah gua!

Wajahnya dipenuhi darah, matanya melotot melihat kearah gua. Nyawa gua hampir terbang ketika bertatapan face to face dengannya.

Secara instan gua lari terbirit birit, gua lari sambil terombang ambing karena sangking paniknya. HP yang tadinya gua pegang udah hilang jatuh entah kemana, dan gua ga peduli.

Saat itu yang gua pikirin hanya LARI.

Setelah kejadian itu, gua semakin trauma dan paranoid… terutama dengan figur yang satu itu, yang pada akhirnya gua paham kenapa dia dibilang hantu teletubbies.

Simpelnya dia itu pocong dengan sentuhan dramatis yang dipenuhi darah.

Sampai sekarang gua masih ga bisa lupa dengan wajahnya dan masih jelas dikepala gua.

Leave a comment