Cry Me A River

Namaku Aini, aku ingin bercerita tentang pengalamanku sekitar 40 tahun yang lalu. Sebuah cerita yang belum banyak orang ketahui.

Aku tinggal di dearah C*****, sebuah pemukiman warga yang rukun dan damai. Namun kerukunan itu tidak berlangsung lama…

Seorang pengembang datang ke tempat tinggalku, seorang pria berkisar 40 tahun beserta beberapa orang lainnya. Mereka ingin menjadikan tempat tinggal ku menjadi sebuah resort, mereka berkata ingin memajukan daerah ku.

Namun permintaan persuasif pria tersebut tidak disambut secara hangat oleh warga. Saat itu, dia pergi dengan teratur.

Berselang kemudian, beberapa warga mengaku mulai mendapatkan rayuan hingga paksaan untuk menjual tanah mereka. Namun kami tetap tidak mau.

Pihak pengembang pun sampai menempuh jalur hukum, namun kami memiliki hak atas tempat tinggal kami dan hal tersebut justru membuat kami semakin geram dan bersikeras untuk tidak melepaskan tempat tinggal kami.

Pihak pengembang tidak menyerah begitu saja, mereka mulai memberikan ancaman hingga perlakuan kasar ke beberapa warga. Warga yang merasa takut dengan terpaksa melepaskan tanah dan rumah mereka ke pihak pengembang.

Kami yang tidak gentar tetap bertahan dan melawan balik pihak pengembang, kami akan mempertahankan tempat tinggal kami. 

WHATEVER IT TAKES!

Saat itu, kami tidak sadar telah memilih pilihan yang salah…

AUGUST BURNS RED

Aini - Dead bodies

Disuatu sore…

Mendadak listrik dirumahku menjadi padam, namun itu hal yang biasa terjadi di daerah tempat tinggalku dan akupun beranjak keluar dari rumah. Saat itu kondisi kampung ku tetap ramai seperti biasanya, listrik padam tidak begitu mempengaruhi kami.

Masih dalam posisi berjalan di teras rumah, tiba tiba terdengar teriakan warga dari kejauhan. Mereka berteriak sangat kencang, dalam nada panik mereka berteriak… KEBAKARAN!

Seketika suasana menjadi heboh, beberapa warga terlihat berlari kesana kemari, beberapa tetap berdiam diri karena kebingungan. Dan aku tetap mengamati dari teras depan rumahku.

Aku berpikir “paling ada rumah warga yang terbakar”, dan bukan masalah yang besar bagiku… nanti juga padam oleh warga.

“DUAAAR!”

Aku kaget ketika mendengar suara ledakan dari kejauhan, para warga yang lainpun juga tersita perhatiannya oleh suara ledakan tersebut. Seketika… asap hitam mulai terlihat menggerayang dari kejauhan!

Asap hitam yang mulanya dari satu titik mulai melebar mengelilingi kampungku, secara cepat mulai menutupi langit senja yang sebelumnya berada.

Disitu aku mulai sadar… kebakaran itu mulai membesar dan menjalar dengan cepat! Aku melihat jalar api yang menjulur keatas membakar satu sisi kampungku!

Warga terlihat berlari dari kejauhan menjauhi kobaran api yang dengan cepat melahap rumah warga satu persatu, akupun ikut berlari dengan mereka ke sisi lain dari kampungku untuk menjauhi kobaran api tersebut.

Namun langkah kami terhenti ketika kami menyadari bahwa sisi lain dari kampungku juga sudah ikut terbakar. Aku melihat kesekitar dan menyadari bahwa kobaran api dan asap hitam sudah mengelilingi kampungku!

“Apa yang sebenarnya terjadi?”
“Bagaimana bisa api ini menyebar dengan cepat?”
“… dan bagaimana bisa api ini mengelilingi kami seakan akan ingin menjebak kami didalam?”

“WOI KESINI!”. Suara seorang pria berteriak dari kejauhan.

Tanpa pikir panjang kamipun berlari kearah sumber suara tersebut dan melihat seorang pria berdiri di pinggir kali, dia menginstruksikan kami untuk menyebrangi kali tersebut untuk menyelamatkan diri.

Beberapa warga yang terlebih dahulu sudah berlari kearah sana tanpa pikir panjang menyebrangi kali tersebut. Aku semakin bergegas berlari melihat api yang semakin membesar…

Aku beserta warga yang lainnya menyebrangi kali yang setinggi setengah badanku, ketika sampai diseberang kami langsung membantu yang lainnya untuk naik ke permukaan.

“!!!”. Suara teriakan dan kegaduhan terdengar dari belakangku.

Aku melihat orang orang berlari ketakutan keluar dari balik pepohonan dan rerumputan yang berada diseberang kali yang baru saja kami seberangi.

“LARI!”. Ucap mereka ketakutan.

Keadaan menjadi semakin chaos, terlihat beberapa orang yang tak asing berlari kearah kami, mereka berusaha mengejar kami. Dan aku hanya berdiri disana ketakutan.

“BUGH!”. Aku ditabrak oleh sekurumunan warga yang berlari, aku terjatuh ke dalam kali, aku tidak dapat bangun karena desak desakan warga, hingga akhirnya sebuah tangan meraih tanganku. 

Aku berhasil ditarik keluar dari kekacauan tersebut. Namun, aku langsung tersadar bahwa yang menarik ku adalah…

“DUG!”. Kepalaku dihantam dengan keras dan aku langsung tidak sadarkan diri.

.

.

.

Aku mulai sadar kembali, aku melihat langit berwarna hitam, gema suara tak beraturan terdengar dikepalaku. Badanku terasa basah dan aku tersangkut oleh sesuatu, namun aku belum bisa bergerak secara leluasa.

Aku menoleh kesebelah kanan dan melihat tembok api membakar habis kampungku, aku menoleh kesebelah kiri dan terkejut ketika melihat seorang pria tak bernyawa berada disampingku…

Aku menangis ketika mengetahui bahwa aku tersadar diantara tumpukan mayat yang tersangkut di pinggir kali. Semua orang yang ku kenal telah terbujur kaku disana, tak bernyawa…

Aku hanya menangis, menyadari apa yang telah terjadi… Kami tidak akan terima apa yang telah mereka lakukan kepada kami, kami tidak akan terima.

TOLONG…

TOLONG…

TOLONG KAMI…

3 orang pria datang menghampiriku dan mereka adalah orang terakhir yang “aku lihat…

.

Dan sesuai perkataan sang pengembang, daerahku kini menjadi tempat yang lebih maju. Orang orang baru berdatangan dan mereka terlihat bahagia dengan apa yang mereka lihat, mereka senang ditanggal disini.

Andai saja mereka tahu bahwa ada darah yang mengalir ditempat ini, andai saja mereka tahu bahwa ada ratusan nyawa yang menghilang disini karena kami mempertahankan tempat tinggal kami.

Dan seperti perkataan kami sebelumnya, “KAMI TIDAK AKAN PERGI DARI SINI!”

Bahkan hingga telah matipun, “KAMI AKAN TETAP DISINI!”

pond #2

 

Leave a comment